Photobucket

ShareThis

Selasa, 23 Agustus 2011

Lebih Jauh tentang Mioma Uteri (Myoma)

Definisi
Mioma uteri adalah suatu neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus yang pada umumnya ditemukan pada wanita dalam masa reproduksi. Sering disebut juga dengan fibromioma, leiomioma, atau fibroid



Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya mioma uteri dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Mioma uteri intramural
Pada korpus uteri mioma mulai tumbuh dalam lapisan miometrium. Apabila tumor ini dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus, maka disebut mioma uteri intramural. Kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.

2) Mioma uteri submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak oleh karena terjadi perluasan permukaan endometrium, sehingga diperlukan tindakan histerektomi, walaupun ukurannya miomnya kecil. Adanya mioma uteri submukosa dapat dirasakan sebagai suatu curet bump ( benjolan pada waktu kuret ). Kadang-kadang mioma uteri submukosa dapat tumbuh terus dalam kavum uteri, dan berhubungan dengan dinding uterus dengan tangkai yang dikenal dengan polip. Karena kontraksi uterus, polip dapat melalui kanalis servikalis dan sebagian kecil atau besar memasuki vagina, hal ini dikenal dengan nama Myom geburt.

3) Mioma uteri subserosa atau sub peritoneal
Letaknya di bawah tunika serosa, mioma tumbuh ke arah luar dan menonjol ke permukaan uterus. Mioma uteri subserosa bisa tumbuh di antara lapisan depan dan belakang ligamentum latum dan akan menjadi mioma uteri intraligamenter, yang dapat menekan ureter dan arterki iliaca. Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Mioma uteri subserosa yang tumbuh ke permukaan uterus yang diliputi oleh serosa, kadang-kadang bertangkai. Walaupun jarang, bisa terjadi bahwa pada mioma uteri yang bertangkai tangkainya menjadi tipis dan tumor dapat mendapat makanan dari jaringan yang ditempeli, biasanya ligamentum atau omentum. Apabila karena trombosis dan nekrosis tangkainya terputus, terdapatlah mioma yang dinamakan wandering fibroid atau parasitic fibroid. 



Pada penderita mioma uteri, gejala yang ditunjukkan bervariasi tergantung besar, lokasi mioma uteri, dan status penderita gravid atau tidak.
1) Massa di perut bawah.
Gejala ini sering mengakibatkan penderita pertama kali datang untuk mencari pengobatan. Kadang, sebelum massa membesar, dapat disertai dengan perasaan tidak nyaman disekitarnya.

2) Perdarahan.
Biasanya dalam bentuk menorrhagia. Yang sering menyebabkan perdarahan adalah mioma uteri submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan anemia berat. Mioma uteri intramural dapat juga menyebabkan perdarahan karena ada gangguan kontraksi otot uterus. Jenis mioma uteri subserosa tidak menimbulkan perdarahan abnormal.

3) Nyeri.
Gejala ini tidak khas untuk mioma uteri, walaupun sering terjadi. Keluhan yang sering diutarakan ialah rasa berat dan dysmenorrhoe. Rasa nyeri dan sakit pada mioma uteri mungkin disebabkan karena gangguan peredaran darah disertai nekrosis setempat, atau disebabkan proses radang dengan perlekatan ke omentum usus. Kadang, rasa sakit juga akibat torsi pada mioma uteri subserosa. Sifatnya nyeri adalah akut disertai rasa enek dan muntah-muntah. Pada mioma uteri besar, rasa nyeri disebabkan karena tekanan terhadap saraf, yang dapat menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.

4) Akibat tekanan (pressure effect).
Bila mioma uteri menekan kandung kencing, akan menimbulkan kerentanan kandung kencing (bladder irritability), polakisuri dan dysuria. Bila uretra yang tertekan, maka dapat menimbulkan retensio urine. Jika berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada rektum menimbulkan konstipasi dan nyeri saat defekasi.

5) Infertilitas dan abortus
Dapat terjadi apabila sarang mioma uteri menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus karena terjadi distorsi rongga uterus


Diagnosis
1) Anamnesis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma uteri lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada penderita yang hamil. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah.

2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang, mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Bila belum jelas, terutama pada wanita gemuk, dapat dilakukan pemeriksaan bimanuil.

3) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Namun, pada kebanyakan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan   leukositosis 
b. Imaging.
Pemeriksaan dengan USG akan didapatkan gambaran massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi. 
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah kavum uteri pada pasien infertil. 
Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.  
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan menjadi lebih mahal


Pilihan Tatalaksana:
1)Konservatif dengan pemeriksaan periodik.
Bila seorang wanita dengan mioma uteri mencapai usia menopause, biasanya tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, sehingga mioma uteri pada wanita premenopause tanpa gejala sebaiknya diobservasi saja. Bila mioma uteri besarnya seperti kehamilan 12-14 minggu apalagi disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi, walaupun tidak ada gejala atau keluhan. Pada masa post menopause, mioma uteri biasanya tidak memberikan keluhan. Bila terjadi pembesaran mioma uteri uteri post menopause harus dicurigai kemungkinan keganasan.

2. Radioterapi.
hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
bukan jenis submukosa atau yang berdegenerasi
tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum
tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause.
Jenis radioterapi : radium dalam cavum uteri, X-ray pada ovarium (castrasi)
Tujuan radioterapi : menghentikan perdarahan/menorrhagia dengan cara merusak endometrium atau merusak fungsi ovarium  dengan X-ray.

3. Operatif
Indikasi operasi pada penderita dengan mioma uteri adalah pada kasus :
perdarahan abnormal, yang umumnya disebabkan oleh mioma uteri submukosa dan mioma uteri bertangkai.
mioma uteri yang telah menimbulkan gejala penekanan, misalnya menyebabkan retensio urine.
nyeri hebat akibat torsi dari tangkai mioma uteri. Namun rasa nyeri akibat perubahan degenerasi merah pada kasus mioma uteri dengan kehamilan bukan merupakan indikasi operasi, hanya dilakukan terapi paliatif.
mioma uteri berukuran besar, walaupun tidak menunjukkan gejala.
pada mioma uteri yang dicurigai ke arah keganasan.   
       Jenis operasi pada penderita dengan mioma uteri adalah :
 a. Miomektomi
Cara ini disesuaikan dengan lokasi dan ukuran mioma uteri.
Kerugian : 
dapat melemahkan dinding uterus, sehingga meningkatkan kemungkinan ruptur uteri saat hamil.
menyebabkan perlekatan.
residif.
b. Histerektomi
Dilakukan pada mioma uteri yang besar dan multipel, usia penderita diatas 40 tahun, penderita tidak menginginkan anak lagi.
Sebaiknya dilakukan histerektomi totalis, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan, dapat dilakukan histerektomi supravaginalis. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada cervix, sebaiknya dilakukan pap smear pada waktu tertentu.

4. Medikamentosa
a. GnRH agonis.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan terapi GnRH agonis pada mioma uteri, ukuran uterus menurun hingga 30-64 % setelah 3-6 bulan pemberian obat. Respon maksimal biasanya tercapai pada bulan ketiga. Pengurangan ukuran uterus berhubungan dengan kadar estradiol dan berat badan. Terapi GnRH mampu mengatasi gejala menorrhagia, anemia dan gejala yang timbul akibat penekanan massa tumor ke pelvis. Bila GnRH digunakan sebagai terapi pre operasi hingga ukuran uterus kurang dari 16 minggu ( yang sudah operabel ) mampu mencegah kehilangan darah berlebihan selama operasi. Respon terhadap terapi GnRH bervariasi sebab banyak hormon yang mempengaruhi perkembangan mioma uteri ( estrogen, progesteron, growth factors dan reseptor ). Setelah terapi GnRH agonis, siklus menstruasi kembali teratur pada 4-10 minggu, ukuran uterus mengecil dalam 3-4 bulan.
Beberapa efek samping terapi GnRH yang dilaporkan, antara lain adalah hot flushes ( kulit kemerahan ) yang terjadi pada > 75 % pasien dan umumnya gejala tersebut tampak setelah 3-4 minggu penggunaan GnRH. Sekitar 5-15 % pengguna terapi GnRH mengeluh sakit kepala, vagina kering, kekakuan pada sendi dan otot, serta depresi. Reaksi alergi setempat pada daerah penyuntikan GnRH ditemukan pada 10 % pasien. Reaksi alergi serius lainnya jarang terjadi, namun tidak menutup kemungkinan terjadi reaksi anafilaksis segera maupun lambat.
b. GnRH antagonis.
Terapi dengan GnRH antagonis mampu menekan fungsi pituitari-gonad tanpa adanya respon stimulasi awal seperti pada penggunaan GnRH agonis. Efeknya sama seperti penggunaan GnRH agonis namun hasilnya lebih cepat terlihat     ( mampu mengurangi ukuran tumor selama 14 hari ) daripada GnRH agonis sebab tidak terjadi respon stimulasi awal.


Ref : Williams Obstetric, Buku Sarwono, Berbagai sumber lain...

Minggu, 21 Agustus 2011

Hindari Es Krim Saat Haid/Menstruasi

Nyeri saat menstruasi banyak dialami oleh wanita, disebut dengan dysmenorrhea/dismenore, banyak hal yang mempengaruhi terjadinya hal itu, salah satunya adalah makanan, misalnya Es Krim.

Produk susu termasuk es krim dapat meningkatkan nyeri atau kram menstruasi. Es krim susu dan makanan lainnya mengandung asam lemak omega-6 yang disebut asam arakidonat, yang dapat memperburuk inflamasi (peradangan) dan meningkatkan pelepasan prostaglandin yang menyebabkan kram, seperti dilansir Livestrong, Minggu (21/8/2011).

Prostaglandin adalah kimia dalam sel yang dapat menyebabkan kontraksi otot. Kram menstruasi terjadi ketika rahim berkontraksi untuk mengusir kelebihan darah dan jaringan yang terbentuk pada paruh kedua dari siklus menstruasi.

Kenaikan kadar prostaglandin menyebabkan diare dan kram. Asam arakidonat, asam lemak tak jenuh omage-6 dalam es krim dapat meningkatkan produksi prostaglandin.

Asam arakidonat (AA) seperti asam lemak omega-6 lainnya dapat mengaktifkan reaksi inflamasi yang diperlukan untuk melawan patogen. Tubuh mensintesis prostaglandin seri-2 dari AA. Jika Anda mengonsumsi makanan tinggi AA, Anda mungkin membentuk prostaglandin seri-2 secara berlebihan. Menghindari produk susu dapat mencegah hal ini.

Mengambil obat anti-inflamasi seperti ibuprofen juga dapat membantu menurunkan kadar prostaglandin dan mengambil minyak ikan atau makan ikan dan biji rami yang tinggi asam linolenat juga dapat membantu mengurangi peradangan.

Di sisi lain, kalsium dalam produk susu seperti es krim sebenarnya dapat meringankan kram menstruasi, tapi Anda harus makan banyak es krim untuk mendapatkan dosis terapi. Namun makan banyak es krim justru akan membuat Anda kembung karena kadar gula yang tinggi. Kembung pada gilirannya dapat memperburuk kram.

Kram menstruasi biasanya memiliki penyebab alami, tetapi kadang-kadang merupakan gejala dari masalah medis yang lebih serius. Rasa sakit yang berlebihan disebut dismenore dan kemungkinan penyebabnya seperti kista ovarium, fibroid, endometriosis, penyakit menular seksual dan penyakit radang panggul, menurut Medline Plus.

Temui dokter Anda jika Anda menggunakan kram menstruasi masih cukup berat dan menganggu aktivitas sehari-hari meski Anda sudah menggunakan obat penghilang rasa sakit serta mengurangi bahan tertentu yang dipantang seperti kafein.

Kamis, 18 Agustus 2011

seputar hormon kehamilan


Pregnancy
   Pada usia kehamilan 8-9 mgg, plasenta menjadi sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
   Plasenta juga memproduksi hCG, HPL (Human Placental Lactogen) dan hampir semua hypothalamic-releasing hormones.
   hCG dapat dideteksi dalam sirkulasi maternal kira-kira 10 hari setelah ovulasi.
   Kadar hCG meningkat dan mencapai puncak pada usia kehamilan 10-12 mgg.
   hCG mencegah involusi dari corpus luteum, juga dapat menstimulasi tiroid maternal yang dapat mengakibatkan hiperemesis gravidarum.
   hCG juga diproduksi dalam jumlah besar tumor plasenta, sehingga dapat digunakan sebagai suatu marker dari respon terapi.
   Dalam kehamilan progesteron berfungsi untuk mempertahankan myometrium dalam keadaan relaksasi. Pentingnya hal ini dapat dilihat di mana pada pemberian antagonis dari progesteron dapat mengakibatkan induksi keguguran pada kehamilan muda dan proses persalinan pada kehamilan tua.
   Selain itu progesteron juga menghambat otot polos yang lain seperti saluran pencernaan dan saluran kemih.
   Progesteron dapat meningkatkan selera makan, penyimpanan lemak dan pusat respirasi.
   Sedangkan peran dari 3 estrogen dominan yaitu estron (E1), estradiol (E2), dan estriol (E3) masih kurang jelas.
   Estrogen mungkin meningkatkan aliran darah ke uterus, pertumbuhan myometrium, menstimulasi pertumbuhan buah dada dan saat usia kehamilan aterm akan mematangkan cervix serta memunculkan reseptor oksitosin dari myometrium.
   HPL adalah anggota dari kelompok GH-Prolaktin. Fungsinya antagonis dari efek insulin sehingga meningkatkan lipolisis, mengurangi pemakaian glukosa serta meningkatkan transfer asam amino melewati plasenta.
   Efek ini mungkin untuk meningkatkan suplai nutrisi bagi janin.
   Kadar prolaktin meningkat selama kehamilan mungkin karena sumber dari pituitari sekaligus desidua. Fungsinya untuk perkembangan payudara, regulasi metabolisme lemak dan juga mempengaruhi supresi imun maternal.


Biokimia Persalinan
   Selama kehamilan uterus mengembang menyesuaikan pertumbuhan fetus dan plasenta, tanpa peningkatan kontraktilitas, sedang cervix tetap kuat dan tertutup.
   Selama kehamilan terdapat 2 mcm faktor :
    - faktor2 ‘pro pregnancy ‘ : menghambat  kontraktilitas myometrium dan mendukung hipertrofi myometrium                sampai mendekati usia aterm
    - faktor2 ‘ pro labour ‘ : remodeling cervix, menjadi lunak dandilatasi, serta    stimulasi uterus untuk kontraksi.
   Persalinan adalah suatu hasil aktivasi dari ‘contraction-associated protein(CAPs)’ yang mengubah myometrium yang pasif menjadi kontraksi.
   Yang termasuk protein2 tsb adalah protein gap junction, reseptor oksitosin dan prostaglandin, enzim untuk sintesis prostaglandin atau sitokin, juga komponen dari mekanisme cell-signalling.
   Selain itu juga terjadi aktivasi faktor di selaput ketuban yang memicu produksi prostaglandin dan sitokin serta faktor2 yang ada di cervix yang memicu remodeling dan pematangan.
   Kehamilan dibagi menjadi 4 fase :
1.        phase 0 /Quiescence/prelude to parturition.
2.        phase 1/activation/ preparation for labor.
3.        phase 2/stimulation/ proses of labor
4.        phase 3/involution/parturition recovery.

    1. Trimester pertama dan kedua, didominasi pro-pregnancy factors Periode pertumbuhan dan keadaan pasif myometrium.
    2. Awal dan pertengahan trimester ketiga, juga fase pasif myometrium tapi terjadi persiapan persalinan dengan up-regulation ‘ dari myometrium, cervix             dan selaput ketuban yang diperlukan untuk proses persalinan.
    3. Fase persalinan itu sendiri dengan karakter reaksi inflamasi. Hambatankontraksi myometrium dari ‘ pro-pregnancy factors ‘ hilang, terjadi kontraksi spontan uterus yang diperkuat senyawa oksitosik spt prostaglandin dan oksitosin sendiri.
    4. Menggambarkan keadaan jaringan intra uterin setelah proses persalinan.
   Progesteron merupakan ‘Pro-pregnancy factors’ yang utama. Dengan efek regulasi negatif terhadap ‘contraction-associated protein’ , menurunkan sensitifitas uterus terhadap oksitosin.
   Tidak ada bukti jelas adanya withdrawal dari progesteron selama proses persalinan pada manusia maupun primata.
   Inhibisi terhadap progesteron, menggunakan mifipristone (RU486) mengakibatkan pembukaan cervix dan peningkatan kontraktilitas myometrium.
   Hipotesa alternatif adalah penurunan kadar progesteron yang aktif, yaitu yang bebas, sehingga withdrawal dari progesteron merupakan kejadian lokal pada selaput ketuban atau perubahan ekspresi dari reseptor progesteron tipe 1 ke tipe 2 pada uterus menjelang proses persalinan.
   Juga mungkin terjadinya withdrawal progesteron akibat dari kompetisi antara progesteron dan cortisol yang kadarnya meningkat menjelang persalinan untuk menempati reseptor yang sama.
   Pada beberapa spesies, misalnya kelinci, sintesa dari nitrit oxide di endometrium juga menenangkan uterus dan terjadi withdrawal yang tiba2 sesaat sebelum proses persalinan. Hal ini tidak ditemukan di primata.
Placental clock
   Waktu dari persalinan kemungkinan dikontrol oleh peningkatan dari pelepasan corticotrophin-releasing hormone (CRH) yang diproduksi plasenta dan estrogen maupun kombinasi keduanya.
   CRH berfungsi untuk meningkatkan sintesa prostaglandin dan juga mungkin secara langsung mempengaruhi kontraktilitas myometrium.
   Meskipun konsentrasi estrogen maternal tidak meningkat secara akut pada saat akan melahirkan, terjadi peningkatan estriol dan estradiol secara bertahap selama trimester ketiga dan mencapai puncak pada usia 38 mgg. Estradiol melakukan up-regulation terhadap reseptor oksitosin dan sintesa oksitosin dalam uterus.

Persalinan : sebuah reaksi inflamasi
   Persalinan dihubungkan dengan peningkatan sintesa prostaglandin dalam uterus, terutama di selaput ketuban.
   Prostaglandin membantu pematangan cervix dan menstimulasi kontraksi uterus.
   Prostaglandin juga secara tidak langsung meningkatkan kontraksi myometrium yang dominan di fundus.
   Saat kehamilan sudah aterm, mendekati persalinan, kolagen pada cervix berubah, terjadi kolagenolisis. Terdapat akumulasi neutrofil yang melepaskan kolagenase di cervix.
   Pematangan cervix menyerupai suatu reaksi inflamasi
Rangkuman hipotesis persalinan pada manusia.
   Pada fase pertama, uterus berada di bawah represi kuat dari progesteron.
   Pada fase kedua, peningkatan kadar estrogen dan CRH mengaktivasi protein seperti reseptor permukaan sel dan gap junction yang dibutuhkan pada proses persalinan.

   Persalinan terjadi karena kenaikan yang cepat dari sintesa mediator2 inflamasi dan influx dari sel2 inflamasi yang mengakibatkan pematangan cervix dan kontraksi uterus.


Selasa, 16 Agustus 2011

Penyakit Trofoblas Gestasional ( PTG )

Definisi:
-    PTG (Penyakit Tropoblast Gestasional): kegansan yg meliputi mola invasive & koriokarsinoma
-    Diagnosa: berdasarkan data klinik dgn/tanpa histology. Pemeriksaan histology sering tdk memngkinkan karena pada/usia muda yg masih perlu organ reprod.
penyakit tropoblas yg punya tendensi neoplastik, termasuk:
                                                mikroinvasif, chorio Ca, placenta site tropoblastic tumor
-          80% molahidatidosa®remisi pasca evakuasi
-          20%®PTG


Dikatakan  Klinis PTG, Jika:
-    Kadar hCG yg me↑ 2 mgg/>
-    Kadar hCG yg menetap 3 mgg/>
-    Kadar hCG di atas N s/d 14 mgg setelah evakuasi
-    Uterus > N dgn kadar hCG > N
-    Pdrhn dari uterus dgn kadar hCG > N
-    Dijumpai lesi metastasis dgn kadar hCG > N

Gangguan Klinik:
-          Riwayat evakuasi mola/ kehamilan lain
-          Pedarahan pervaginam tdk teratur
-          Batuk darah, sesak, nyeri ulu hati
-          Keluhan ~ metastasis
Pemeriksaan fisik:
-          ~ Organ yg terkena (Po, otak, hati, dll)
Pemeriksaan ginek:
a. Trias Acostasizon:
-          H: history: pasca mola, partus, ab, KE, dll
-          B: bleeding: pdrhn pervag tdk teratur
-          Es: enlargement & Softness: p’> uterus & melunak
b. Kista Lutein uni/bilateral
c. Bintik biru tumor pd vagina
Lab: b hCG tingi/tdk ¯ memadai setelah evakuasi mola
Thorax foto, DL, LFT, RFT, USG abd, pelvis, CT scan


Stadium FIGO:
Std I: tumor terbatas pd uterus
Std II: tmr meluas ke org genitalia lainnya
Std III: tmr metastasis ke paru-paru dgn atau tanpa perluasan genital
Std IV: metastasis jauh, dgn atau tanpa metastasis paru

        Std A: faktor risiko (-)
        Std B: dgn 1 faktor risiko
        Std C: dgn 2 faktor risiko
   Faktor risiko:
-          hCG urine: > 100.000 U/ml/ hCG serum > 40.000 U/mL
-          Interval Dx PYG dgn berakhirnya kehamilan yg > 6 bln

WHO scoring system:
Paramater: umur, kehamilan sebelumnya, interal, kadar hCg serum sebelum terapi, ukuran tumor terbesar, tempat metastasis, jmlh metastasis & kegagalan kemoR/ sebelumnya. Skor tsb dgn interval 0-4.
Risiko rendah: < 4; resiko sedang: 5-7;  resiko tinggi: > 8




Skoring WHO











Item
0
1
2
3
Umur
< 39
> 39


Antaseden
Molahidatidosa
Abortus
H aterm

Umur (bln) keH yll
4
4 - 6
7 - 12
>12
hCG
103
103  - 104
104  - 105
>105
ABO (♂/♀)

O x A
A x O
B
AB

Besar tumor (cm)

3-5
5

Tempat

Lien, ginjal
GI, hati
Otak
å metastasis

1 - 4
4 - 8
8
KemoR/ sebelumnya


1 obat
> 2 obat
Skor: < 4: risiko rendah, 5-7: risiko sedang, >7: risiko tinggi

Klasifikasi mnrt Hammond:
- PTG tdd 2: PTG tdk bermetastasis & PTG bermetastasis
- PTG bermetastasis tdd risiko rendah & risiko tinggi
- PTG bermetastasis risiko tinggi: hCG urine > 100.000 U/ml atau hCG serum > 40.000 U/ml, interval > 4 bln, metastasis ke otak/hati, kegagalan kemoR/ sebelumya, kehamilan sebelumnya adalah kehamilan aterm

Terapi:
-                     Std I (FIGO- terbatas pd uterus), risiko rendah (WHO) & PTG non metastasis: 
                        R/ satu jenis obat (MTX atau  actynomycin D, atau etapuside)
-                     Std II/III~vagina/pelvis,s/d paru, dgn atau tanpa peny pd uterus, vagina, pelvis,  risiko intermediat serta PTG metastasis risiko rdh: 
                        R/ kombinasi 2 obat
-                    Std IV-otak, hati, ginjal, atau GI tract , risiko tinggi, serta PTG metastasis risko tinggi: 
                        muti kemoR/ (MAC, EMA-CO, CHAMOCA).

Prognosis: Std I atau PTG non metastasis : baik, R/ → kesembuhan 100%. PTG metastasis ke paru-paru: prognosis baik.



-    R/ sitostatika:
Diberi s/d b hCG N® lanjut 1-3 seri after course
Perubahan regimen:
-          hCG terus ­/tetap setelah kemoR/ 2 seri
-          tanda metastasis (+)
-          resisten: bila 5 seri® b hCG ¯ ttp tdk s/d N
Remisi: b hCG N 3x berturut-turut, interval 2 mgg

- MTX: - 20 mg/h (0,4 mg/kgBB/hr im)
             - atau 3 x 5 mg/hr (5 hr) interval 7-10 hr
- Actinomicyn D: 0,5 mg/hr atau 10-12 mcg/kg BB iv (5 hr) interval 7-10 hr
- MCA: - MTX 15 mg/hr im, Ac D: 0,5 mg/hr iv & Clorambucyl 10 mg/hr p-o (5 hr) interval 2 mgg
Follow up:
-          Ax & Px: - keluhan, px/ fisik umum, ginekologi, b hCG, dll ~ indikasi
-          Jadual:
-                3 bln I: @ 2 mgg
-                3 bln II: @ 4 mgg
-             6 bln II: @ 8 mgg
-                1 th II: @ 3 bln, selanjutnya @ 6 bln, tdk H s/d 2 th

    

Jumat, 05 Agustus 2011

Nyeri Haid datang, coba lakukan ini

Sebenarnya sebagian besar wanita mengalami kram sewaktu haid, cuma saja dalam kadar yang berbeda-beda. Itu hal biasa, karena waktu haid hormon prostaglandin (zat yang membuat otot rahim berkontraksi dan merontokkan lapisan dindingnya) bereaksi. Hanya memang sebagian wanita ada yang mengalami kram yang hebat, sampai ada rasa mual, diare, dan perlu obat penghilang rasa sakit. Kram pada perut selagi haid itu disebut dismenorea yang artinya “haid yang sakit”.

Dismenorea ini ada dua, primer dan sekunder. Bila tidak ada kelainan ginekologis, rasa nyeri itu disebut dismenorea primer. Penderita nyeri haid ini diperkirakan memiliki tingkat hormon prostaglandin yang tinggi, sehingga kontraksi yang terjadi lebih hebat dan membuat saraf jadi lebih sensitif terhadap rasa sakit. Dismenorea primer tidaklah berbahaya. Rasa nyeri ini biasanya hilang pada pertengahan usia 20-an atau setelah melahirkan.

Sedangkan dismenorea sekunder adalah rasa nyeri karena adanya gangguan ginekologis. Hal ini disebabkan karena adanya tumor fibroid (tumor jinak pada dinding rahim), endometriosis, kista atau tumor pada dinding indung telur. Untuk penderita dismenorea sekunder ini biasanya dokter akan melakukan usaha menangani penyebabnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?

Memberikan kompres/bantalan panas dan melakukan peregangan lembut merupakan salah satu obat alami menghadapi kram karena haid. Melakukan olahraga cukup sehari-hari dan membatasi berat tubuh juga merupakan hal penting.

Ada yang berpendapat bahwa mengonsumsi magnesium dengan dosis sekitar 100 mg 3x sehari mulai dari minggu sebelum dan sampai masa haid mungkin akan merilekskan otot-otot rahim sehingga mencegah terjadinya kram.

Ramuan tanaman obat berikut ini mungkin bisa dipilih untuk meringankan keluhan:

- 2 siung bawang putih (Allium sativum L.), kupas, cuci. Kunyah sampai halus, telan, kemudian minum 2 sendok air hangat. Lakukan ini 2x sehari.
- 20 helai daun beluntas (Pluchea indica Less.), rebus, remas-remas sampai hancur, lalu seduh dengan segelas air panas, beri asam dan garam sedikit, saring. Minum selagi hangat. Lakukan ini 2x sehar.
- Minum 2x sehari air kelapa (Cocos nucifera) yang diberi gula kelapa, selama 3 hari berturut-turut menjelang haid.
- 25 g wortel (Daucus carota L.), cuci, potong-potong, beri air, lalu blender. Minum ini 2x sehari.
- Atau bisa juga dengan gula merah, dan asam jawa (Tamarindus indica L) yang diseduh air panas, diminum hangat-hangat pada hari pertama haid; jumlahnya tidak dibatasi.

Kalau harus minum obat bebas, yang paling sederhana adalah tablet penghilang rasa sakit parasetamol. Obat-obatan antiradang nonsteroid seperti ibuprofen, metampiron, dan asam mefenamat, bisa membantu menghilangkan nyeri haid dengan cara menurunkan kadar prostaglandin di rahim. Dengan rendahnya kadar prostaglandin ini juga akan mengurangi intensitas kontraksi rahim. Mengingat efek obat ini baru disarakan satu jam kemudian, maka sebaiknya obat ini dimakan begitu mulai ada tanda awal akan terjadinya nyeri. Ingat juga, untuk makan dulu sebelum menelan obat ini, karena bisa mengiritasi lambung. Bila nyeri sudah hilang, obat tidak perlu diminum lagi.

Bila nyeri masih dirasa selama haid berlangsung atau lebih dari tiga hari, sebaiknya ke dokter ginekolog untuk mengetahui kemungkinan ada penyakit lain yang menyerang bagian reproduksi Anda.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...